VIVA.co.id – Komisioner Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Ra’ad Al Hussein, mengingatkan arus migran dari Teluk Benggala akan terus berlangsung, jika Myanmar tak berhenti untuk mengakhiri tindak diskriminatif mereka terhadap kelompok minoritas Rohingya.
Zeid menjelaskan, justru arus manusia pengungsi terus terjadi, karena situasi di tempat asal mereka, negara bagian Rakhine di Myanmar, tak juga membaik.
Dikutii dari stasiun berita Channel News Asia, Sabtu 16 Mei 2015, justru salah satu penyebab mengapa mereka memutuskan pindah dari Myanmar dan Bangladesh, karena mereka merasa dianaktirikan oleh pemerintahnya.
“Kecuali, Pemerintah Myanmar mengatasi diskriminatif yang telah melembaga terhadap warga Rohingya. Termasuk, akses setara kepada kewarganegaraan, maka migrasi semacam ini akan terus berlanjut,” kata Zeid.
PBB mengatakan, populasi Rohingya merupakan salah satu masyarakat yang menjadi korban paling diskriminatif.
“Dengan mengkriminalisasikan warga yang begitu rentan, termasuk anak-anak dan menempatkan mereka di tempat penahanan bukan sebuah solusi,” Zeid menambahkan.
Dia juga mengaku terkejut mendengar laporan Thailand, Indonesia, dan Malaysia justru diduga mendorong perahu pengungsi Rohingya. Padahal, mereka telah berbulan-bulan terombang-ambing di lautan.
“Tindakan mereka itu justru malah bisa menyebabkan kematian bagi banyak orang. Fokus mereka seharusnya menyelamatkan nyawa dan bukan justru membahayakan nyawa mereka,” kata Zeid.
Dia mengatakan berdasarkan laporan terbaru, Angkatan Laut Thailand yang mendorong balik perahu pengungsi Rohingya kembali ke laut, usai memberikan mereka makanan dan bahan bakar tak dapat dipahami dan tak berperikemanusiaan.
Dalam kesempatan itu, Zeid juga memuji Indonesia yang bersedia menampung sekitar 1.080 pengungsi Rohingya dalam beberapa hari terakhir.
Sekitar 25 ribu migran, terutama pengungsi Rohingya dan Bangladesh kabur menggunakan perahu selama tiga bulan pertama di tahun ini. Mereka ingin menuju ke Malaysia.
Namun, dalam perjalanannya, justru banyak dari mereka yang diselundupkan, atau diperdagangkan ke Thailand. Mereka juga ditahan di kamp-kamp, kecuali mereka membayar, agar bisa mencapai perbatasan Malaysia.
Ribuan dari mereka terombang ambing di laut dengan menggunakan perahu reyot, khususnya setelah AL Thailand menggelar operasi untuk merazia para penyelundup manusia. (asp)
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/626478-pbb–myanmar-harus-lindungi-pengungsi-rohingya