Masyarakat tak boleh lagi menganggap disabilitas fisik sebagai aib atau hal yang memalukan. Meski dengan keterbatasan, semua orang tetap bisa berekspresi dan berprestasi dengan caranya sendiri dalam berbagai bidang, termasuk olahraga.
Hal itu diungkapkan Ketua RW 10, Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Abdul Kudus di sela-sela acara sosialisasi dan pertandingan tenis meja persahabatan antara warga wilayah tersebut dengan atlet paralimpik Kota Bandung di aula RW 10, Minggu 15 Januari 2017.
“Sudah bukan saatnya lagi masyarakat menyembunyikan anggota keluarganya yang menyandang disabilitas karena malu,” ujarnya.
Abdul tak menampik jika hal seperti itu juga masih terjadi di lingkungannya. Meskipun hanya 1 persen dari total 3.000 jiwa, penyandang disabilitas di wilayah itu masih banyak yang belum bisa mengekspresikan diri dan menunjukan kemampuannya karena kekhawatiran membuat malu keluarga.
Selama ini, kata Abdul, hal itu memang wajar terjadi karena warganya belum banyak mengetahui wadah bagi kaum difabel untuk unjuk gigi. Namun sosialisasi yang gencar dilakukan National Paralympic Committee (NPC) Kota Bandung, membuat pola pikir warga mulai berubah.
“Warga dan saya pribadi, baru sekarang-sekarang memahami bahwa NPC merupakan wadah yang bisa membuat kaum difabel berbicara banyak di bidang olahraga prestasi,” tutur Abdul.
Abdul juga mengaku baru tahu bahwa salah seorang warganya, Elda sudah berprestasi mengharumkan Jabar dengan meraih medali perak Peparnas XV di cabor judo. Hal itu kini dilansir Abdul membuat warga bangga terhadap Elda, karena warga lain yang normal justru belum bisa berprestasi setinggi itu.
Dengan bantuan NPC Kota Bandung, Abdul berharap warga di wilayahnya kini berani menampilkan anggota keluarganya yang menyandang disabilitas. “Dengan begitu akan banyak lagi prestasi seperti Elda di sini,” ucapnya.
Sementara itu Ketua NPC Kota Bandung Adik Fahroji mengatakan, sosialisasi tersebut digelar agar masyarakat semakin mengenal keberadaan NPC. Terlebih setelah Peparnas XV Oktober 2016 lalu, semakin banyak kaum difabel yang berani tampil dan berkeinginan menggeluti jalur olahraga.
Meskipun demikian, kata Adik, belum semua masyarakat terutama memahami jenis dan klasifikasi olahraga paralimpik. “Jika sudah paham, kami harap semakin banyak kaum difabel yang termotivasi menggeluti olahraga sebagai jalan kehidupan,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, NPC Kota Bandung memang tak hanya memberi paparan lisan semata sial olahraga paralimpik dan NPC sebagai wadahnya. Namun mereka juga memperkenalkan jenis olahraga dan atlet NPC Kota Bandung yang berprestasi.
Dalam kesempatan kali itu, tenis meja dipilih menjadi cabor yang dikenalkan. Warga kemudian diberi kesempatan untuk menjajal para atlet peraih medali Peparnas XV cabor tenis meja.
Salah seorang petenis meja yang dijajal warga adalah peraih perunggu Peparnas XV nomor kursi roda, Chepy Gunawan. Meskipun meladeni lawan yang berfisik normal, Chepy mampu membuktikan kualitasnya sebagai salah seorang petenis meja paralimpik terbaik di Kota Bandung dan Jabar.
Adik berharap turunnya petenis meja terbaik NPC Kota Bandung tersebut mampu memotivasi kaum difabel lain yang berminat menekuni cabor itu. “Harapan besarnya adalah muncul talenta baru yang bisa membela Kota Bandung di Peparda 2018 Kabupaten Bogor,” katanya.
Cabor tenis meja Kota Bandung memang mematok target untuk mempertahankan gelar juara umum pada Peparda 2018. Seperti diketahui, pada Peparda 2014, mereka meraih 7 medali emas, sehingga pada 2018 targetnya naik menjadi 10 emas. (Handri Handriansyah)
http://www.pikiran-rakyat.com/olah-raga/2017/01/15/kaum-difabel-juga-bisa-berprestasi-390664